Aneh! Indah Nan Cantik Kok DIbenci? (3)


Aneh! Indah Nan Cantik Kok DIbenci? (3)

4. Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu hal yang amat urgen dalam kehidupan umat manusia secara umum, dan dalam kehidupan umat Islam secara khusus. Oleh karena itu Syari’at Al Qur’an memberikan perhatian yang amat besar, sampai-sampai ayat Al Qur’an yang pertama diturunkan adalah 5 ayat dalam surat Al ‘Alaq, yang memerintahkan umat manusia untuk membaca dan belajar.
Bukan hanya itu, bahkan syari’at Al Qur’an telah menjelaskan bahwa kahidupan manusia baik di dunia atau di akhirat tidaklah akan menjadi baik melainkan dengan didukung oleh pendidikan yang baik dan benar. Oleh karena itu seluruh makhluq yang ada di dunia ini dinyatakan senantiasa mendoakan kebaikan kepada setiap orang yang berjuang dengan mengajarkan kebaikan kepada umat manusia. Mari kita renungkan bersama sabda Rasulullah  berikut ini:
إن الله وملائكته وأهل السماوات والأرضين حتى النملة في جحرها وحتى الحوت ليصلون على معلم الناس الخير. رواه الترمذي وصححه الألباني
“Sesungguhnya Allah, seluruh Malaikat-Nya, seluruh penghuni langit-langit dan bumi, sampaipun semut yang berada di dalam liangnya, dan sampaipun ikan, senantiasa memuji dan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Riwayat At Tirmizy dan dishahihkan oleh Al Albani.

Sebagaimana Syari’at Al Qur’an juga mengajarkan agar pendidikan yang disampai kepada masyarakat senantiasa didasari oleh data yang autentik dan kebenaran. Sebagai salah satu contoh nyata hal ini ialah kisah berikut:
عن عبد الله بن عامر أنه قال: دعتني أمي يوما ورسول الله  قاعد في بيتنا فقالت: ها تعال أعطيك. فقال لها رسول الله  وما أردت أن تعطيه؟ قالت: أعطيه تمرا. فقال لها رسول الله : أما إنك لو لم تعطيه شيئا كتبت عليك كذبة رواه أحمد وأبو داود والبيهقي وصححه الألباني
“Dari sahabat Abdullah bin ‘Amir, ia menuturkan: Pada suatu hari ibuku memanggilku, sedangkan Rasulullah  sedang duduk-duduk di rumah kami, kemudian ibuku berkata: Hai nak, kemarilah, aku beri engkau sesuatu. (Ketika mendengar perkataan ibuku itu) Rasulullah  bersabda kepadanya: Apakah yang hendak engkau berikan kepadanya? Ibuku menjawab: Aku hendak memberinya kurma, Lalu Rasulullah  bersabda kepadanya: Ketahuilah sesungguhnya engkau bila tidak memberinya sesuatu, maka ucapanmu ini niscaya dicatat sebagai satu kedustaanmu.” Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al Baihaqy dan dishahihkan oleh Al Albani.

Demikianlah pendidikan dalam syari’at Al Qur’an, oleh karena itu tidak mengherankan bila Nabi  menjadikan kedustaan sebagai salah satu kriteria orang-orang munafiq.
آية المنافق ثلاث إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا أؤتمن خان. متفق عليه
“Pertanda orang-orang munafiq ada tiga, bila ia berbicara ia berdusta, bila ia berjanjia ia ingkar, bila diamanati ia berkhianat. Muttafaqun ‘alaih.

Bila kita bandingkan hadits ini dengan fenomena pendidikan yang ada dimasyarakat kita, baik yang ada dalam keluarga, atau di masyarakat atau di sekolah-sekolah, niscaya kita dapatkan perbedaan yang amat besar. Pendidikan di massyarakat banyak yang disampaikan dengan kedustaan dan kebohongan, misalnya melalui dongeng palsu, cerita kerakyatan, cerita fiktif, sandiwara, filem-filem yang seluruh isinya berdasarkan pada rekayasa dan kisah-kisah palsu dll.
Oleh karena itu tidak heran bila di masyarakat kita perbuatan dusta merupakan hal yang amat lazim terjadi dan biasa dilakukan, karena semenjak dini mereka dilatih melakukan kedustaan dan kebohongan.

Diantara keistimewaan metode pendidikan dalam syari’at Al Qur’an ialah ditanamkannya nilai-nilai keimanan kepada Allah Ta’ala, rasa takut kepada-Nya, senantiasa tawakkal dan sadar serta yakin bahwa segala kebaikan dan juga segala kejelekan hanya Allah yang memiliki, tiada yang mampu mencelakakan atau memberi kemanfaatan kepada manusia tanpa izin dari Allah Ta’ala. Sehingga dengan menananamkan keimanan kepada Allah Ta’ala sejak dini semacam ini, menjadikan masyarakat muslim berjiwa besar, tangguh bak gunung yang menjulang tinggi ke langit, bersih jauh dari sifat-sifat kemunafikan, penakut, berkhianat, memancing di air keruh atau menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Kisah berikut adalah salah satu contoh nyata pendidikan Islam yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah  kepada umatnya :
عن بن عباس قال كنت خلف رسول الله  يوما فقال ثم يا غلام إني أعلمك كلمات احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك إذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك ولو اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك رفعت الأقلام وجفت الصحف. رواه أحمد والترمذي وصححه الألباني
“Dari sahabat Ibnu Abbas ia berkata: Suatu hari aku membonceng Nabi , maka beliau bersabda kepadaku: “Wahai nak, sesungguhnya aku akan ajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah (syari’at) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (syari’at) Allah, niscaya engkau akan dapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa dihadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah, bila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah (yakinilah) bahwa umat manusia seandainya bersekongkol untuk memberimu suatu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat melainkan dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan untukmu, dan seandainya mereka bersekongkol untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu selain dengan suatu hal yang telah Allah tuliskan atasmu. Al Qalam (pencatat taqdir) telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering.” Riwayat Ahmad, dan At Tirmizy dan dishahihkan oleh Al Albany.

Dan berikut adalah salah satu contoh generasi yang telah tertanam pada dirinya pendidikan Al Qur’an, yang senantiasa mengajarkan agar setiap manusia senantiasa mengingat Allah, dan senantiasa sadar bahwa Allah selalu melihat dan mendengar segala gerak dan geriknya.
Pada suatu malam ada seorang wanita yang memerintahkan anak gadisnya untuk mencampurkan air kedalam susu yang hendak ia jual, maka anak gadis tersebut menjawab dengan penuh keimanan: Bukankah ibu telah mendengar bahwa Umar telah melarang kita dari perbuatan semacam ini?! Maka sang ibupun menimpali dengan berkata: Sesungguhnya Umar tidak mengetahui perbuatanmu! Maka anak gadis tersebut menjawab dengan berkata: Sungguh demi Allah aku tidak sudi untuk mentaati peraturan Umar hanya ketika di khalayak ramai, akan tetapi ketika aku sendirian aku melanggarnya.

Kita semua bisa bayangkan bila prinsip-prinsip islamiyyah yang terkandung dalam hadits ini terwujud pada masyarakat kita, maka saya yakin bahwa masyarakat kita akan terhindar dari berbagai praktek-praktek pengecut, khianat, korupsi, penakut, putus asa dll.
Tentu pendidikan yang semacam ini menyelisihi pendidikan yang sekarang banyak dilakukan oleh masyarakat kita, dimana anak-anak kita sejak kecil senantiasa dihancurkan kejiwaannya, keberaniannya dengan berbagai dongeng tentang hantu, syetan, khayalan tentang superman, batman, satria baja hitam, atau yang serupa yang menggambarkan tentang manusia yang bisa terbang, merubah bentuk, dengan berbagai kedustaan yang ada pada kisah-kisah tersebut. Tidaklah mengherankan bila generasi yang dibina dan jiwanya dipenuhi dengan kisah-kisah palsu semacan ini, hanya pandai mengkhayal, dan mudah putus asa, penakut dan pemalas.

5. Kemasyarakatan.

Terciptanya suatu tatanan masyarakat yang saling bahu membahu, saling tolong menolong bersatu padu dalam segala keadaan bak satu bangunan yang saling melengkapi dan menguatkan adalah cita-cita setiap orang. Dan syari’at Al Qur’an jauh-jauh hari telah mengajarkan berbagai kiat dan metode yang amat efektif dalam menciptakan tatanan masyarat indah tersebut.
Diantara bukti bahwa syari’at Al Qur’an amat memperhatikan dan telah mengatur sedemikian rupa agar tercipta suatu tatanan masyarakat idaman ialah firman Allah Ta’ala berikut ini:
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا  النساء 36.
“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” An Nisa’ 36.

Dan Nabi  pernah mengisahkan bahwa Malaikat Jibril  amat sering berpesan kepada Nabi  agar berbuat baik kepada tetangga, sampai-sampai Nabi  bersabda:
ما زال يوصيني جبريل بالجار حتى ظننت أنه سيورثه. رواه اليخاري
“Terus-menerus Malaikat JIbril berpesan kepadaku tentang tetangga, sampai-sampai aku mengira ia akan membawakan wahyu yang memerintahkan aku agar menjadikan tetangga sebagai ahli waris.” Riwayat Bukhary.

Dan pada hadits lain beliau bersabda:
والله لا يؤمن والله لا يؤمن والله لا يؤمن. قيل: ومن يا رسول الله؟ قال: الذي لا يأمن جاره بوائقه. رواه البخاري
“Sungguh demi Allah tidaklah beriman, sungguh demi Allah tidaklah beriman, Sungguh demi Allah tidaklah beriman. Maka ditanyakankepada beliau: Siapakah orang itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” Bukhary

Syari’at Al Qur’an bukan hanya sekedar mengajari umatnya untuk menjaga diri dari segala yang mengganggu tetangga, akan tetapi juga memerintahkan agar kita berperi laku baik dengan mereka, masing-masing sesuai dengan kemampuannya, sebagaimana yang ditegaskan pada ayat di atas, dan juga dalam sabda Nabi  berikut ini:
ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم جاره. مسلم
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia memuliakan tetangganya.” Muslim. Dan salah satu contoh nyata yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah  ialah mengizinkan tetangga kita untuk ikut memanfaatkan halaman atau dinding rumah atau pagar rumah kita, misalnya dengan ikut meletakkan atau menyandarkan kayunya di dinding kita atau yang serupa. Rasulullah  bersabda:
(لا يمنع جار جاره أن يغرز خشبه في جداره) رواه البخاري
“Janganlah seorang tetangga melarang tetangganya yang hendak menyandarkan kayunya di dinding miliknya.” Riwayat Bukhory.

Diantara faktor yang menjadikan masyarakat yang menjalankan syari’at Al Qur’an menjadi indah, tentram, damai dan sejahtera dan makmur ialah disyari’atkannya amar ma’ruf nahi mungkar, sebagaimana firman Allah Ta’ala berikut ini:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ  آل عمران 104
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.” Ali Imran 104.

Dengan syari’at amar ma’ruf nahi mungkar inilah masyarakat muslim dapat mencegah terjadinya berbagai kejahatan dan kerusakan dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Dan dengan syari’at amar ma’ruf dan nahi mungkar mereka dapa terhindar dari berbagai bencana alam, musibah, wabah penyakit dan krisis dalam berbagai hal.
Pada suatu hari Zaenab bin Jahesy bertanya kepada Rasulullah :
يا رسول الله أنهلك وفينا الصالحون؟ قال: نعم إذا كثر الخبث.
“Ya Rasulullah, apakah kita akan dibinasakan, padahal ditengah-tengah kita terdapat orang-orang sholeh? Beliau menjawab: Ya, bila telah banyak pada kalian orang-orang jelek.” Muttafaqun ‘Alaih.

Dan pada hadits lain, Rasulullah  bersabda:
(والذي نفسي بيده، لتأمرن بالمعروف ولتنهون عن المنكر، أو ليوشكن الله أن يبعث عليكم عذابا منه ثم تدعونه فلا يستجيب لكم) رواه الترمذي
“Sungguh demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh kalian memerintahkan dengan yang ma’ruf (baik) dan mencegah dari yang mungkar, atau tak lama lagi Allah akan mengirimkan kepada kalian azab dari sisi-Nya, kemudian kalian berdoa kepada-Nya dan Ia tidak mengabulkannya.” Riwayat At Tirmizy dan dihasankan oleh Al Albany.

Dan pada hadits lain beliau  bersabda:
(مثل القائم على حدود الله والواقع فيها كمثل قوم استهموا على سفينة فأصاب بعضهم أعلاها وبعضهم أسفلها فكان الذين في أسفلها إذا استقوا من الماء مروا على من فوقهم فقالوا لو أنا خرقنا في نصيبنا خرقا ولم نؤذ من فوقنا فإن يتركوهم وما أرادوا هلكوا جميعا وإن أخذوا على أيديهم نجوا ونجوا جميعا) رواه البخاري
“Permisalan orang-orang yang menegakkan batasan-batasan (syariat) Allah (beramar ma’ruf dan nahi mungkar-pen) dan orang-orang yang melanggarnya, bagaikan suatu kaum yang berbagi-bagi tempat di sebuah kapal / bahtera, sehingga sebagian dari mereka ada yang mendapatkan bagian atas kapal tersebut, dan sebagian lainnya mendapatkan bagian bawahnya, sehingga yang berada dibagian bawah kapal bila mengambil air, maka pasti melewati orang-orang yang berada diatas mereka, kemudian mereka berkata: seandainya kita melubangi bagian kita dari kapal ini, niscaya kita tidak akan mengganggu orang-orang yang berada diatas kita. Nah apabila mereka semua membiarkan orang-orang tersebut melaksanakan keinginannya, niscaya mereka semua akan binasa, dan bila mereka mencegah orang-orang tersebut, niscaya mereka telah menyelamatkan orang-orang tersebut, dan mereka semuapun akan selamat.” (HR Bukhori).

Inilah kunci kedamaian, keamanan, kemakmuran dan terhindarnya kita semua dari berbagai musibah, bencana alam, petaka, paceklik dan berbagai wabah, yaitu dengan menegakkan amar ma;ruf, sehingga perbuatan baik dan amal sholeh memasyarakat dan juga menegakkan nahi mungkar, sehingga kemungkaran dan kemaksiatan dapat diperangi dan dikikis habis. Pada hadits lain Rasulullah  bersabda:
(لم تظهر الفاحشة في قوم قط حتى يعلنوا بها إلا فشا فيهم الطاعون و الأوجاع التي لم تكن مضت في أسلافهم الذين مضوا و لم ينقصوا المكيال و الميزان إلا أخذوا بالسنين و شدة المؤنة و جور السلطان عليهم و لم يمنعوا زكاة أموالهم إلا منعوا القطر من السماء و لولا البهائم لم يمطروا……. رواه ابن ماجة والحاكم والبيهقي وصححه الألباني
“Tidaklah pernah perbuatan zina merajalela di suatu masyarakat hingga mereka berani untuk melakukannya dengan terang-terangan, melainkan akan merajalela pula di tengah-tengah mereka berbagai wabah dan penyakit yang tidak pernah ada di orang-orang yang terdahulu. Tidaklah mereka berbuat kecurangan dalam hal timbangan dan takaran, melainkan mereka akan ditimpa paceklik, biaya hidup yang tinggi, dan kelaliman para penguasa. Tidaklah mereka menahan zakat harta mereka, melainkan mereka akan dihalang-halangi dari air hujan yang datang dari langit, dan seandainya bukan karena binatang, niscaya mereka tidak akan dihujani……” (Riwayat Ibnu Majah, Al Hakim, Al baihaqy dan dishahihkan oleh Al Albany).

Oleh karena itu hendaknya kita kaum muslimin Indonesia menghidupkan dan menggalakkan syari’at ini agar masyarakat kita dapat terhindar dari berbagai petaka dan musibah yang melanda bangsa dan negri kita, dan kesejahteraan serta kedamaian dapat terealisasi di negri kita.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *