Segala puji hanya milik Allah Ta’ala, Dzat yang telah melimpahkan berbagai kenikmatan kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan seluruh sahabatnya. Amiin.
Syari’at islam –segala puji hanya milik Allah– bersifat universal, mencakup segala urusan, baik yang berkaitan dengan urusan ibadah ataupun mu’amalah, sehingga syari’at Islam benar-benar seperti yang Allah firmankan:
] الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا [ المائدة 3
“Pada hari ini, telah Aku sempurnakan untukmu agama mu, dan telah aku cukupkan atasmu kenikmatan-Ku, dan Aku ridlo Islam menjadi agamamu”. Al Maidah 3.
Dan sebagaimana yang Allah firmankan pada ayat lain:
}إِنَّ هَـٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يِهْدِى لِلَّتِى هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا { الإسراء 9.
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Al Isra’ 9)
Syeikh Abdurrahman As Sa’dy rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini berkata: “Allah Ta’ala mengabarkan tentang kemuliaan dan kedudukan Al Qur’an yang agung, dan bahwasannya Al Qur’an akan membimbing (manusia) kepada jalan yang paling lurus. Maksudnya jalan yang paling adil lagi mulia, baik dalam urusan akidah (idiologi) perilaku dan akhlaq. Maka barang siapa yang menjalankan segala seruan Al Qur’an, niscaya ia menjadi orang yang paling sempurna, lurus, dan paling benar dalam segala urusannya. Dan memberi khabar gembira kepada orang-orang u’min yang mengerjakan amal saleh baik yang wajib atau sunnah, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar yang telah Allah siapkan di surga, yang tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui hakikatnya ” (Taisiril Karimir Rahman 454).
Dan pada ayat lain, Allah Ta’ala menyebutkan bahwa pahala yang telah Ia siapkan bagi orang-orang yang beramal sholeh dan menjalankan syari’at Al Qur’an bukan hanya di surga semata, akan tetapi juga meliputi pahala di dunia, sebagaimana yang Allah Ta’ala tegaskan pada ayat berikut:
}وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ { النور 55
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai penguasa, dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.” (An Nur 55)
Inilah pahala dan ganjaran yang akan diberikan kepada orang-orang yang menjalan syari’at Al Qur’an.
Walau demikian tingginya syari’at Al Qur’an dan begitu adilnya syari’at Islam serta begitu besarnya pahala dan balasan yang diberikan kepada orang-orang yang mengamalkannya, akan tetapi fenomena umat Islam di zaman kita tidaklah mencerminkan akan yang demikian itu. Betapa rendahnya umat Islam di mata umat lain, betapa terpuruknya perekonomian, keamanan dan kekuatan umat Islam bila dibandingkan dengan umat lain, betapa remehnya ilmu Al Qur’an dimata banyak dari kaum muslimin bila dibandingkan dengan berbagai ilmu-ilmu lainnya.
Bila ada seseorang mengaku-ngaku sebagai dokter dan membuka prkatek untuk umum, akan tetapi ia tidak pernah belajar ilmu kedokteran, atau walaupun ia pernah belajar ilmu kedokteran, akan tetapi ia tidak lulus, niscaya umat Islam akan segera memusuhinya dan memenjarakannya. Akan tetapi bila ada seorang Ustadz gadungan, atau pelawak menafsirkan ayat Al Qur’an, atau memberikan fatwa untuk umum, niscaya banyak yang merasa kagum dan memujinya. Padahal ustadz gadungan dan dokter gadungan tersebut sama-sama tidak berilmu, tapi mengapa umat Islam berbeda sikap menghadapi keduanya??
Kenyataan pahit ini hanya ada satu jawaban, yaitu sebagaimana yang Allah Ta’ala tegaskan pada firman-Nya berikut:
}وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ { الأعراف 96
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al A’araf 96). Dan pada firman-Nya berikut ini:
}ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ{ الروم 4
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar.” (Ar Rum 41)
Bila ada yang bertanya: Mengapa umat Islam di seluruh belahan dunia dengan mudah dapat terjerumus dalam keadaan yang sangat mengenaskan demikian ini?
Maka jawabannya ada pada firman Allah Ta’ala berikut:
}اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ {6} صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ { الفاتحة 6-7
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al Fatehah 6-7)
Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan dua ayat ini berkata: “Jalan Orang-orang yang telah Engkau limpahkan kepada mereka kenikmatan, yang telah disebutkan kriterianya, yaitu orang-orang yang mendapat petunjuk, beristiqomah, senantiasa ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi segala larangannya. Jalan tersebut bukanlah jalan orang-orang yang dimurkai, yaitu orang-orang yang telah rusak jiwanya, sehingga mereka mengetahui kebenaran akan tetapi mereka berpaling darinya. Tidak juga jalannya orang-orang yang tersesat, yaitu orang-orang yang tidak berilmu , sehingga mereka terombang-ambingkan dalam kesesatan dan tidak dapat mengetahui kebenaran.” Tafsir Ibnu katsir 1/29.
Bila kita renungkan keadaan umat islam sekarang ini, maka kita akan dapatkan bahwa kebanyakan pada mereka terdapat satu dari dua perangai di atas:
- Mengetahui kebenaran akan tetapi dengan sengaja berpaling darinya, karena mengikuti bisikan hawa nafsu dan ambisi pribadinya.
- Tidak mengetahui kebenaran, sehingga kehidupannya bagaikan orang yang sedang hanyut dan diombang-ambingkan oleh derasnya arus badai, sehingga ia berpegangan dengan apa saja yang ada di sekitarnya, walaupun hanya dengan sehelai rumput atau sarang laba-laba. Ia tidak mengetahui kebenaran yang diajarkan oleh Al Qur’an, sehingga ia hanyut oleh badai kehidupan, dan akhirnya mengamalkan atau meyakini apa saja yang ia dengar dan baca. Bahkan tidak jarang, orang-orang jenis ini dengan tidak sengaja memerangi dan memusuhi syari’at Al Qur’an, sebagaimana dinyatakan dalam pepatah arab:
الإنسان عدوٌ لما يجهله
“Setiap manusia itu akan memusuhi segala yang tidak ia ketahui.”
Oleh karena itu pada kesempatan ini kita akan bersama-sama mengenali berbagai sisi keindahan dan keadilan syariat Al Qur’an, sehingga keimanan kita semakin kokoh bahwa syari’at islam adalah syari’at yang lurus dan satu-satunya metode hidup yang dapat merealisasikan kebahagiaan bagi umat manusia di dunia dan akhirat.
Berikut kita akan membaca syari’at Al Qur’an dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia, agar iman kita semakin kokoh bahwa Al Qur’an adalah metode dan dasar bagi kehidupan umat manusia dalam segala aspeknya. Bukan hanya dalam urusan peribadatan kepada Allah Ta’ala semata, akan tetapi mencakup segala aspek kehidupan umat manusia.
- Aqidah (Keyakinan).
Bagian ini adalah bagian yang paling banyak diperhatikan dan ditekankan dalam syari’at Al Qur’an. Bahkan permasalahan ini telah disatukan dengan segala urusan setiap muslim dan dijadikan sebagai tujuan dari segala gerak dan langkah kehidupan mereka. Allah Ta’ala berfirman:
}وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ{ الذاريات 56
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Az Dzariyat 56. Dan pada ayat lain Allah berfirman:
}وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ{ الحجر 99
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu sesuatu yang diyakini (ajal/kematian).” Al Hijer 99
Inilah aqidah Al Qur’an, yaitu beribadah hanya kepada Allah Ta’ala dan meninggalkan segala macam bentuk peribadatan kepada selain-Nya, baik peribadatan dengan pengagungan, kecintaan, rasa takut, harapan, ketaatan, pengorbanan, atau lainnya. Allah Ta’ala berfirman:
}وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا { النساء 36
“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” An Nisa’ 36.
Aqidah Al Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam menjadi kuat dan perkasa bak gunung yang menjulang tinggi ke langit, tak bergeming karena terpaan angin atau badai. Aqidah Al Qur’an mengajarkan mereka untuk senantiasa yakin dan beriman bahwa segala yang ada di langit dan bumi adalah milik Allah, tiada yang dapat menghalang-halangi rizqi yang telah Allah tentukan untuk hamba-Nya dan tiada yang dapat memberi rizqi kepada orang yang tidak Allah Ta’ala beri.
} لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ كُلٌّ لَّهُ قَانِتُونَ { البقرة 116
“apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya.” Al Baqarah 116. Dan pada ayat lain Allah berfirman:
}لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى{ طه 6
“Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.” Thoha 6.
Dengan keyakinan dan iman semacam ini, setiap muslim tidak akan pernah menggantungkan kebutuhan atau harapannya kepada selain Allah, baik itu kepada malaikat, atau nabi atau wali atau dukun atau ajimat. Tiada yang mampu memberi atau mencegah rizqi, keuntungan, pertolongan atau lainnya selain Allah Ta’ala:
}مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِن بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ{ فاطر 2
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu.Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Fathir 2
Pada ayat lain Allah berfirman :
}قُلْ مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلَا يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا { الأحزاب 17
“Katakanlah:”Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (kehendak) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu” Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah.” Al Ahzab 17
Dan bukan hanya menanamkan keimanan dan tawakkal yang kokoh kepada Allah semata, akan tetapi aqidah Al Qur’an juga benar-benar telah meruntuh lantahkan segala keterkaitan, ketergantungan, mistik, takhayul dan segala bentuk kepercayaan kaum musyrikin kepada sesembahan selain Allah, sampai-sampai digambarkan bahwa sesembahan -atau apapun namanya- selain Allah tidak berdaya apapun bila ada seekor lalat yang merampas makanan mereka. Mereka tidak akan pernah mampu menyelamatkan makanan yang telah terlanjur dirampas oleh lalat, seekor makhluq lemah dan hina.
}يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَن يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِن يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَّا يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ {73} مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ { الحجر 73-74.
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” Al Hijer 73-74
Aqidah Al Qur’an juga mengajarkan bahwa sumber kelemahan dan kegagalan umat manusia ialah karena mereka jauh dari pertolongan dan bimbingan Allah, semakin mereka menjauhkan diri dari Allah dan semakin menggantungkan harapannya kepada selain-Nya maka semakin rusak dan hancurlah harapan dan kepentingannya:
}وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا { الجن 6
“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” Al Jin 6
Aqidah Al Qur’an juga mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa memiliki keyakinan yang kokoh bahwa tidaklah ada di dunia ini yang mampu mengetahui hal yang gaib selain Allah. Sehingga dengan keimanan semacam ini umat islam terlindungi dari kejahatan para dukun, tukang ramal dan yang serupa.
}قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ{ النمل 65
“Katakanlah:”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui kapankah mereka akan dibangkitkan.” Fathir 65
Dengan aqidah Al Qur’an ini, seseorang akan memiliki kejiwaan yang tangguh, pemberani dan bersemangat tinggi, pantang mundur dan tak kenal putus asa dalam menjalankan roda-roda kehidupan dan mengarungi samudra kenyataan. Rasulullah r pernah mengajarkan kepada saudara sepupunya aqidah Al Qur’an di atas dengan sabdanya:
يا غلام إني أعلمك كلمات احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك إذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك ولو اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك رفعت الأقلام وجفت الصحف. رواه أحمد والترمذي والحاكم.
“Jagalah (syari’at) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (syari’at) Allah, niscaya engkau akan dapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa dihadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah, bila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah (yakinilah) bahwa umat manusia seandainya bersekongkol untuk memberimu suatu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat melainkan dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan untukmu, dan seandainya mereka bersekongkol untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu selain dengan suatu hal yang telah Allah tuliskan atasmu. Al Qalam (pencatat taqdir) telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering.” Riwayat Ahmad, dan At Tirmizy
Berlanjut