Sebagai manusia, anda pasti punya perasaan. Dan karena berperasaan, tentu anda ingin untuk selalu merasa nyaman dan senang.
Saya yakin, siapapun anda tidak akan pernah mengharapkan adanya rasa tidak nyaman walau hanya sedikit. Rasa tidak nyaman sekecil apapun sebisa mungkin anda hindari dan jauhkan.
Siapapun diri anda saya yakin pasti anda tidak pernah bercita cita untuk menjadi korban keusilan orang lain.
Menurut hemat anda, Adakah yang salah dengan sikap di atas?
Namun demikian sangat mengherankan bila kemudian ada tetangga atau teman anda yang MENDUGA bahwa anda mencurigai dirinya. Setiap usaha anda mencari rasa nyaman ia anggap sebagai bentuk kekecewaan anda kepada dirinya. Ia meyakini bahwa dengan upaya semacam itu berarti anda meyakini bahwa tetangga atau teman andalah yang menjadi biang rasa tidak nyaman. Demikian seterusnya, ia merasa sebagai pihak yang tertuduh.
Cara berpikir semacam ini bisa jadi benar namun kenyataannya lebih sering sebagai bentuk suuzzhon/ buruk sangka. Betapa tidak, siapakah orangnya yang sakit hati atau kecewa bila mendapat kesenangan?
Dan sebaliknya, siapakah orangnya yang siap disakiti atau diusik atau diganggu kepentingannya?
Karena itu, sikapilah dengan baik usaha teman anda mencari kenyamanan dan tidak perlu merasa sebagai yang tertuduh. Karena ternyata anda juga melakukan hal yang sama.
Sebagaimana bila anda merasa tidak siap untuk disakiti maka sepatutnya anda jangan pernah menyakiti. Dan sebagaimana anda merasa perlu untuk membentengi diri agar tidak diganggu, maka jangan pernah anda mengorbankan orang lain apalagi menjadikan orang lain sebagai tumbal demi kenyamanan diri anda sendiri.
Dahulu Nabi shallallahu alaihi wa sallam setiap kali keluar rumah, beliau berdoa:
اللهم إني أعوذ بك من أن أزل أو أضل أو أظلم أو أظلم أو أجهل أو يجهل علي
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tersesat/berbuat kesalahan atau disesatkan, tindak kelaliman atau menjadi korban kelaliman, bersikap bodoh atau menjadi korban kebodohan orang ( Abu Dawud dll)