Al Qur’an Al Karim Dalam Persepsi Syi’ah.


Al Qur’an Al Karim Dalam Persepsi Syi’ah.

Al Qur’anul Karim adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam untuk membebaskan mereka dari kesengsaraan hidup menuju kepada kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan.

إِنَّ هَـذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” Al Isra’ 9.

 

Syeikh Abdurrahmab As Sa’dy rahimahullah berkata:: “Pada ayat ini, Allah Ta’ala mengabarkan tentang kemuliaan dan keagungan Al Qur’an. Sebagaimana mengabarkan bahwa Al Qur’an memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus. Maksudnya lebih adil, dan lebih mulia, baik dalam hal idiologi, amalan atau akhlaq. Sehingga, barang siapa yang menjadikan Al Qur’an sebagai petunjuk, maka ia adalah orang yang paling sempurna, paling lurus dan paling benar dalam segala urusannya.” ([1])

 

Pada ayat lain Allah Ta’ala berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إَلاَّ خَسَارًا

“Dan Kami turunkan Al Qur’an, suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al Qur’an itu tidaklah menambah orang-orang yang zalim selain kerugian.” Al Isra’ 82.

 

Dikarenakan Al Qur’an adalah kitab Allah yang terakhir yang diturunkan sebagai pedoman hidup seluruh umat manusia hingga akhir zaman, maka tidak heran bila Allah berjanji menjaganya. Allah berjanji menjaga keutuhan Al Qur’an, sehingga tidak ada yang dapat mengurangi atau menambah atau menyelewengkannya.

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” Al Hijer 9.

 

Sejarah telah membuktikan bahwa Al Qur’an senantiasa terjaga dari ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sebagaimana umat manusia sepanjang sejarah juga telah membuktikan akan keautentikan Al Qur’an. Dengan demikian, segala syari’at Al Qur’an senantiasa mampu mewujudkan kemaslahatan bagi umat manusia dengan segala perbedaan yang ada pada mereka.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءهُمْ وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ {41} لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنزِيلٌ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Qur’an ketika Al Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka) dan sesungguhnya Al Qur’an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan  Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” Fusshilat 41-42.

 

Ibnu Jarir At Thabary menafsirkan ayat ini dengan berkata: “Orang sesat dengan segala tipudayanya tidak akan kuasa merubah Al Qur’an, juga tidak akan kuasa mengganti maknanya, dan ini adalah wujud pemeliharaan Al Qur’an dari arah depan. Sebagaimana ia  tidak akan kuasa untuk menambahkan suatu  halpun kepadanya, dan ini adalah wujud dari pemeliharaan Al Qur’an dari arah belakangnya.”([2])

 

Demikianlah umat Islam dipenjuru dunia meyakini kitab suci mereka, dan demikianlah keimanan umat Islam sepanjang sejarah. Tidak heran bila umat Islam senantiasa menghafal ,mempelajari dan mengamalkan kandungannya, tanpa ada keraguan sedikitpun tentangnya.

 

Apa yang saya paparkan di atas adalah aqidah keumumam umat Islam, adapun idiologi agama Syi’ah, maka silahkan anda menyimaknya sendiri dari penuturan para imam mereka berikut:

عن أبي جعفر عليه السلام، قال: لو لا أنه زيد في كتاب الله ونقص منه، ما خفي حقنا على ذي حجى

“Dari Abu Ja’far ‘alaihissalaam, ia berkata: Andaikata tidak terjadi penambahan dan pengurangan pada kitabullah, niscaya hak-hak kami tidak akan tersamarkan atas setiap orang yang berakal sehat.”([3])    

         

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar Surat Wilayah sebelum direvisi         Gambar Surat Wilayah setelah direfisi

 

 

Doktrin yang digulirkan oleh tokoh-tokoh Syi’an ini mencapai puncaknya pada saat Husain An Nury At Thabrasy  yang wafat pada tahun 1320 H, membukukan berbagai riwayat ini pada satu kitab yang diberi judul:

فصل الخطاب في إثبات تحريف كتاب رب الأرباب

“Keterangan Tuntas Tentang Pembuktian Telah Terjadinya Penyelewengan Pada Kitab Raja para raja “.

 

Husain At Thabrasy menuliskan buku ini pada tahun 1292 H. Kala itu, buku ini mengundang kegaduhan di tengah-tengah umat islam secara umum dan dikalangan pemuka agama syi’ah secara khusus. Betapa tidak, doktrin yang selama ini berusaha mereka sembunyikan dari masyarakat luas, dengan dituliskannya buku ini oleh salah seorang tokoh mereka sendiri. Dengan demikian, sirnalah segala upaya yang mereka lakukan sepanjang sejarah untuk mengingkari fakta ini.

 

Yang semakin menjadikan para pemuka agama Syi’ah merasa terpojok ialah referensi buku tersebut. Pada buku ini, Husain At Thabrasy mengumpulkan berbagai riwayat dari imam-imam agama Syi’ah yang termaktub dalam berbagai kitab terpercaya mereka.  Hal ini menjadikan rahasia mereka terbongkar dan kedok mereka terkuak di mata umum.

 

Agar anda memiliki sedikit gambaran tentang isi buku ini, berikut saya nukilkan beberapa nukilan dari buku tersebut:([4])

 

Nukilan pertama:

Pada muqaddimah bukunya, yaitu pada halaman ke 2, At Thabrasy berkata:

يقول المذنب المسيء حسين بن محمد تقي الطبرسي، جعله الله تعالى من الواقفين ببابه المتمسكين بكتابه: هذا كتاب لطيف وسفر شريف عملته في إثبات تحريف القرآن وفضائح أهل الجور والعدوان، وسميته : (فصل الخطاب في تحريف كتاب رب الأرباب)، وجعلت له ثلاث مقدمات وبابين وأودعت فيه من بدائع الحكمة ما تقر به كل عين، وأرجو ممن ينتظر رحمته المسيؤون أن ينفعني به يوم لا ينفع مال ولا ينون.

“Seorang hamba yang penuh dengan dosa; Husain bin Muhammad Taqy At Thabrasy- semoga Allah menjadikannya termasuk orang-orang yang senantiasa berhenti di depan pintu-Nya dan berpegang teguh dengan kitab-Nya-:  Ini adalah buku tipis dan lembaran berharga, yang saya tulis guna membuktikan telah terjadinya penyelewengan Al Qur’an dan ulah para penjahat dan musuh. Buku ini saya beri judul:

فصل الخطاب في إثبات تحريف كتاب رب الأرباب

“Keterangan Tuntas Tentang Pembuktian Telah Terjadinya Penyelewengan Pada Kitab Raja para raja “. Buku ini saya susun dalam tiga muqaddimah, dan dua bab. Padanya saya taburkan hikmah-hikmah yang  indah, sehingga menyenangkan pandangan setiap orang. Dengannya saya mengharapkan kerahmatan dari Allah Yang kerahmatan-Nya senantiasa dinantikan oleh setiap pelaku dosa. Dan semoga buku ini mendatangkan kemanfaatan bagiku pada suatu hari yang padanya, harta dan juga anak keturunan tidak berguna.”

 

Nukilan kedua:

Pada hal: 144, At Thabrasy menyebutkan dalil keempat atas terjadinya penyelewengan Al Qur’an dengan berkata:

الدليل الرابع: أنه كان لأمير المؤمنين عليه السلام قرآنا مخصوصا جمعه بنفسه بعد وفاة رسول الله صلى الله عليه وآله، وعرضه على القوم، فأعرضوا عنه، فحجبه عن أعينهم  وكان عند ولده عليهم السلام يتوارثه إمام عن إمام كسائر خصائص الإمامة وخزائن النبوة، وهو عند الحجة عجل الله فرجه، يظهره للناس بعد ظهوره ويأمرهم بقراءته، وهو مخالف لهذا القرآن الموجود، من حيث التأليف وترتيب السور والآيات، بل الكلمات أيضا، ومن حيث جهة الزيادة والنقيصة.

“Dalil keempat: Dahulu Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thalib) alaihissalam memiliki Al Qur’an Khusus, yang beliau bukukan sendiri sepeninggal Nabi shallahu ‘alai wa alihi. Tatkala beliau menunjukkan Al Qur’an tersebut kepada orang lain (para sahabat-pen)mereka semua sepakat untuk menolaknya. Akibatnya beliau menyimpan Al Qur’an itu, sehingga mereka tidak dapat menyaksikannya lagi. Selanjutnya Al Qur’an itu terus menerus dirawat oleh anak-cucunya alaihimussalam. Masing-masing imam mewarisinya dari imam sebelumnya, layaknya keistimewaan seorang imam dan rahasia-rahasia kenabian. Saat ini, Al Qur’an itu ada bersama Al Hujjah (Al Mahdi, yaitu imam ke 12), semoga Allah menyegerakan kebangkitannya. Ialah yang akan menampakkannya kembali kepada masyarakat umum setelah beliau bangkit. Pada saat itu, beliau akan memerintahkan masyarakat untuk membacanya. Al Qur’an itu menyelisihi Al Qur’an yang sekarang ada ini, dalam hal susunan, urutan surat, ayat bahkan dalam hal kata-katanya, dan juga dalam hal tambahan dan pengurangan.” 

 

Saudaraku! Demikianlah bila hawa nafsu telah menyelimuti akal dan hati seseorang. Maksud hati ingin menyanjung Khalifah Ali bin Abi Thalib, akan tetapi yang terjadi malah kebalikannya. Betapa tidak, pada riwayat ini digambarkan bahwa sahabat Ali bin Abi Thalib tidak punya nyali untuk memperjuangkan Al Qur’an yang asli menurutnya.

 

Bukan hanya sampai di situ, tanpa mereka sadari mereka juga menuduh sahabat Ali bin Abi Thalib t turut serta dalam mengkhianati Al Qur’an. Betapa tidak, hanya sekedar tidak diterima, ia lantas menyembunyikan Al Qur’an tersebut dan tidak berusaha menyampaikannya. Bahkan setelah ia menjadi pemimpin, dan memiliki kekuasaan, nyali dan imannya tak kunjung bangkit jua untuk menyampaikan Al Qur’an yang benar kepada umat islam.

 

Pengkhianatan ini terus berlangsung hingga akhir masa kepemimpinannya dan bahkan dilanjutkan oleh putranya, yaitu Al Hasan radhiallahu ‘anhu. Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib sempat berkuasa selama kurang lebih 6 bulan, akan tetapi selama kekuasaanya tersebut, ia juga tak berusaha menampakkan Al Qur’an versi agama Syi’ah tersebut.

 

Kita semua tahu bahwa sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu adalah salah satu figur yang pemberani, gagah perkasa, dan pantang mundur. Keikut sertaan beliau dalam peperangan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dan peperangan beliau menumpas pergerakan agama khawarij cukup menjadi bukti akan itu semua. Akan tetapi, mengapa sedemikian rendah dan sedemikian lemah nyali Imam Ali bin Abi Thalib –menurut versi Syi’ah-, padahal ia adalah salah satu imam yang mereka yakini mengetahui hal yang ghaib, dan tidak akan mati kecuali atas kehendaknya?

 

Tidak hanya sampai disitu, Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib malah menyerahkan kepemimpinannya kepada Mu’awiyyah bin Abi Sufyan, melalui perundingan damai.

 

Andai Ali bin Abi Thalib dan putranya –yang ada dalam dongeng Syi’ah- benar-benar seorang muslim dan lelaki yang berjiwa besar, niscaya mereka berdua akan mengorbankan segala yang mereka miliki, demi menegakkan Al Qur’an yang mereka imani.

 

Akan tetapi semua itu tidak pernah terjadi. Ini semua membuktikan bahwa dongeng agama Syi’ah tentang Al Qur’an versi sahabat Ali bin Abi Thalib atau Fatimah atau yang lainnya hanyalah sebatas dongeng alias khurafat.

 

Saudaraku! andai anda adalah Ali bin Abi Thalib atau Hasan bin Ali bin Abi Thalib atau salah seorang imam agama syi’ah, mungkinkah anda akan terus berdiam diri, bahkan tetap hidup bahagia, dan bermut’ah (kawin kontrak) ria, padahal Al Qur’an yang anda imani telah dinodai dan diselewengkan oleh musuh-musuh anda?

 

Bila demikian adanya, masihkah anda dapat mempercayai dakwaan agama Syi’ah bahwa mereka adalah pengikut sahabat Ali bin Abi Thalib dan anak keturunannya?

 

Saudaraku! mungkin anda bertanya-tanya, sebenarnya menurut para penganut agama Syi’ah, apakah yang mendasari sahabat Ali bin Abi Thalib tetap menyembunyikan Al Qur’an yang ia yakini, walaupun ia telah menjadi khalifah?

 

Simaklah pengakuan As Sayyid Ni’matullah Al Jazaa’iry berikut:

ولما جلس أمير المؤمنين عليه السلام لم يتمكن من إظهار القرآن وإخفاء هذا، لما فيه من إظهار الشنعة على من سبقه

“Dan tatkala Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thalib) ‘alaihissalaam telah menjadi khalifah, ia tidak mendapatkan kesempatan untuk menampakkan Al Qur’an (yang asli) dan tetap menyembunyikannya. Beliau melakukan hal ini, untuk menutup-nutupi kesalahan pemimpin-pemimpin sebelumnya.”([5])   

 

Demikianlah pembelaan mereka mereka terhadap sikap “imam Ali bin Abi Thalib” versi mereka. Seorang pemimpin yang diyakini sebagai penerus kepemimpinan Rasulullah r lebih mendahulukan pembelaan terhadap “para pengkhianat” diatas kepentingan umat Islam, Al Qur’an dan agama Islam.

Demikianlah, nyali dan mental para imam agama Syi’ah dalam persepsi pemuka agama Syi’ah.

 

Nukilan ketiga :

 

Pada halaman, 198, At Tabrasy menukilkan bahwa As Sayyid Ni’matullah Al Jaza’iry menjelaskan bahwa riwayat-riwayat yang menyatakan telah terjadinya penyelewengan pada Al Qur’an lebih dari 2.000 (dua ribu) riwayat. Karena itu sebagian ulama’ mereka menyatakan bahwa riwayat-riwayat tersebut termasuk katagori riwayat yang mutawaatir. Selanjutnya pada hal: 199, At Thabrasy berkata:

اعلم أن تلك الأخبار منقولة من الكتب المعتبرة التي عليها معول أصحابنا في إثبات الأحكام الشرعية والآثار النبوية، إلا كتاب القرآت لأحمد بن محمد السياري، فقد ضعفه أئمة الرجال، فالواجب علينا ذكر بعض القرائن الدالة على جواز الاستناد إلى هذا الكتاب، ليكون حاله كحال غيره مما نقلنا عنه في هذا الباب.

“Ketahuilah, bahwa berbagai riwayat tersebut (yang ia sebutkan pada buku ini- pen) kami nukilkan dari berbagai buku yang dijadikan sebagai referensi utama oleh penganut mazhab kami dalam menetapkan hukum-hukum syari’at, dan juga ketika menukilkan riwayat hadits-hadits Nabi. Hanya buku Al Qiraat karya Ahmad bin Muhammad As Sayyary sajalah yang dipermasalahkan, karena penulisnya oleh para ulama’ rijal([6]) dianggap tidak berkredibilitas cukup. Karenanya, kami berkewajiban untuk menyebutkan beberapa alasan yang menunjukkan akan dibolehkannya menjadikan buku ini sebagai rujukan. Dengan demikian, bukunya ini sejajar dengan buku-buku lainnya yang menjadi rujukan kami dalam buku ini.”

 

Selanjutnya pada bab ini, At Thabrasy menyebutkan berbagai ayat-ayat pada setiap surat Al Qur’an yang menurut agama Syi’ah telah diselewengkan atau dihapuskan oleh para sahabat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam.

 

Berikut enam contoh dari berbagai riwayat tersebut:

 

Contoh pertama:

At Thabrasy pada hal: 201, meriwayatkan dari Abu Ja’far (Muhammad bin Ali bin Husain) ‘alihissalam, bahwa ayat 23 dari surat Al Baqarah, menurut versinya adalah sebagaimana berikut:

(وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فِي عَلِيٍّ فَأْتُواْ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ ….)

Dan jika kamu (masih tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) tentang Ali, maka buatlah satu surat yang semisal dengan Al Qur’an….).

 

Riwayat ini bisa anda dapatkan pula pada kitab: Manaqib Aal Abi Thaalib, karya Ibnu Syaher Asyub wafat thn 588 H, jilid 2/301,  Bihaarul Anwaar karya Muhammad baqir Al Majlisy, wafat thn 1111 H, jili 23/373 & Tafsir Kanzu Ad Daqaa’iq, karya Al Mirza Muhammad Al Mahdy Al Qummy wafat thn: 1125 H, jilid 1/192.

 

 

Contoh kedua:

Pada hal yang sama, ia meriwayatkan dari Abu Ja’far pula, bahwa ayat 59 dari surat Al Baqarah, menurut versinya adalah sebagai berikut:

(فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُواْ آلَ محمَّدٍ حقَّهُم قَوْلاً غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ آلَ محمَّدٍ حَقَّهُم رِجْزاً مِّنَ السَّمَاء بِمَا كَانُواْ يَفْسُقُونَ)

“Lalu orang-orang yang menzalimi hak-hak keluarga Muhammad mengganti perintah (dengan mengerjakan ) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami menimpakan atas orang-orang yang menzalimi hak-hak keluarga Muhammad, siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik”.

 

Riwayat ini bisa anda dapatkan pula pada kitab:Al Kafy karya Al Kulainy wafat thn 329 H, jilid 1/423 & Bihaarul Anwaar karya Muhammad baqir Al Majlisy, wafat thn 1111 H, jili 23/222.

 

Saudaraku! Coba anda cermati ayat versi orang-orang Persia ini, tidakkah anda merasakan adanya suatu hal yang ganjil padanya?

 

Pada ayat mereka ini dinyatakan bahwa keluarga nabi Muhammad telah dizalimi dan di rampas haknya. Akibatnya, Allah Ta’ala-pun telah menurunkan azab dari langit atas orang-orang yang menzalimi mereka. Padahal kita semua tahu, bahwa Al Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, dan kala itu seluruh umat manusia, termasuk agama Syi’ah juga mengakui bahwa tidak ada seorangpun yang merampas hak-hak keluarga Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam. Sebagaimana, semasa hidupnya Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tidak ada seorangpun yang ditimpa azab dari langit.

 

Agama Syi’ah menyangka bahwa hak-hak keluarga Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam yang dirampas adalah masalah keimamahan, dan penunjukkan Ali bin Abi Thalib beserta keturunannya sebagai khalifah atau imam, sebagaimana disebutkan pada contoh ayat ketiga berikut. Oleh karenanya, agama Syi’ah meyakini bahwa kebanyakan sahabat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjadi murtad sepeninggal beliau, karena dianggap telah merampas hak khilafah dari mereka. Bila demikian adanya, tidakkah ayat ini menimbulkan tanda tanya besar pada diri anda? Mungkinkah ayat ini diturunkan setelah Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam wafat?

 

Contoh ketiga:

Pada hal: 269, ia meriwayatkan dari Abu Ja’fart Ats Tsany (Muhammad bin Ali bin Musa wafat thn 220 H), bahwa ayat 1 dari surat Al Maidah, menurut versinya adalah sebagai berikut:

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَوْفُواْ بِالْعُقُودِ الَّتِي عُقِدَت عَلَيكُم لأَمِيرِ المُؤْمِنِينَ صَلَوَات اللهِ عَلَيهِ )

“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad yang telah diambil dari kamu untuk amirul mukminin shalawatullah ‘alaihi

 

Riwayat ini bisa anda dapatkan pula pada kitab: Tafsir Al Qummy, karya Abul Hasan Ali bin ibrahim Al Qummy, wafat thn: 329 H, jilid 1/160, At Tafsir As Shafy, karya Al Maula Muhsin Al Kaasyaany, wafat thn: 1091 H, jilid 2/5, Jawaahirul Kalaam, karya Muhammad hasan An Najafy, wafat thn 1266 H, jilid 35/187, Mustadrak Safinatul Bihaar, karya Ali An Namaazy As Sahruudy, wafat thn 1405 H, jilid 7/303, & Kitaab Al Bai’, karya As Sayyid Musthafa Al Khumainy, wafat Thn 1397 H, jilid 4/17.

 

Contoh keempat  :

Pada hal: 269, ia meriwayatkan dari Abu Abdullah Ja’far  As Shadiq, bahwa ayat 12 dari surat Al Mukmin (Ghafir), menurut versinya adalah sebagai berikut:

(ذَلِكُم بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ  وأَهْلَ الوِلاَيَةِ كَفَرْتُمْ )

“Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja dan para wali-wali disembah (diseru).”

 

Riwayat ini bisa anda dapatkan pula pada kitab:Al Kafy karya Al Kulainy wafat thn 329 H, jilid 1/421, Syarah Ushul Al Kaafy oleh Al Mazandaraany wafat thn: 1081 H jilid 7/81, At Tafsir As Shaafy oleh Al Maula Al Muhsin Al Kaasaany wafat thn 1091 H, jilid 4/336, & Tafsir Nur As Tsaqalain karya Abdu Ali bin Jum’ah Al Huwaizy, wafat thn: 1112 H, jilid 4/513.

 

Saudaraku! Coba cermati dan renungkan ayat versi agama Syi’ah ini. Mungkin anda mera

sakan betapa tanpa malunya, tokoh-tokoh agama Syi’ah hendak menghidupkan kembali peribadatan kepada selain Allah Ta’ala.

 

Ayat semacam inilah yang mungkin menjadi dasar para penganut agama Syi’ah untuk menamakan diri mereka dan anak-anaknya dengan nama-nama semisal: Abdul Husain (hamba Husain), Abdul Ja’far (Hamba Ja’far,), Abdul Kaazhim (Hamba Al Kaazhim), Abdul Ridha (Hamba Ar Ridha), Abduz Zahraa’ (Hamba Az Zahraa’), dll.

 

Contoh kelima :

 

Pada hal: 273, ia meriwayatkan dari Abu Abdullah Ja’far  As Shadiq, bahwa ayat 2 dari surat Muhammad, menurut versinya adalah sebagai berikut:

(وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ فِي عَلِيٍّ وَهُوَ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ)

“Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal shaleh, serta beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad tentang Ali dan itulah  yang hak dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka.”

 

Riwayat ini bisa anda dapatkan pula pada kitab At Tafsir As Shafy karya Al Maula Muhammad Muhsin Al Kaasyaany, wafat thn 1091 H, pjilid 2/1171.

         

Contoh keenam:

Pada hal: 293, ia meriwayatkan dari Abu Abdullah Ja’far  As Shadiq, bahwa surat Al Kautsar, menurut versinya adalah sebagai berikut:

(إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ يَا محمَّدُ الْكَوْثَرَ {1} فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ {2} إِنَّ شَانِئَكَ عَمْرَو بنِ العَاصِ هُوَ الْأَبْتَرُ {3}

“Sesungguhnya Kami telah memberimu wahai Muhammad, sebuah sungai di surga, Maka dirikanlah shalat karena Tuhan-mu dan berkorbanlah, Sesungguhnya orang yang membencimu, yaitu Amer bin Al ‘Ash, dialah yang terputus.”

 

Riwayat ini bisa anda dapatkan pula pada kitab Al Yaqin, karya As Sayyid Ali bin Musa bin Thawus Al Husainy, wafat thn: 664 H, hal: 291 & Bihaarul Anwaar karya karya Muhammad baqir Al Majlisy, wafat thn 1111 H, jilid 18/392.

 

Apa yang saya nukilkan pada tulisan ini hanyalah sebagian kecil dari ayat-ayat yang diklaim oleh agama Syi’ah telah diselewengkan atau dirubah oleh para sahabat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam.

 

Agar anda tidak berkata bahwa ayat-ayat diatas hanyalah menurut versi Al Husain At Thabrasy, maka pada setiap ayat saya sebutkan beberapa referensi terpercaya dalam agama Syi’ah. Dengan demikian, jelaslah bahwa ayat-ayat tersebut benar-benar diyakini dan diajarkan oleh tokoh-tokoh Syi’ah kepada para pengikutnya.

 

Dan agar anda semakin yakin bahwa idiologi ini hingga saat ini masih diyakini dan diajarkan oleh pemuka agama Syi’ah kepada para pengikutnya, maka simaklah penuturan pemimpin revolusi Syi’ah; Ayatullah Al Khumainy berikut:

لو كانت مسألة الإمامة قد تم تثبيتها في القرآن، فإن أولئك الذين لا يعنون بالإسلام والقرآن إلا لأغراض الدنيا والرئاسة، كانوا يتخذون من القرآن وسيلة لتنفيذ أغراضهم المشبوهة، ويحذفون تلك الآيات من صفحاته، ويسقطون القرآن من أنظار العالمين إلى الأبد، ويلصقون العار –وإلى الأبد- بالمسلمين وبالقرآن، ويثبتون على القرآن ذلك العيب الذي يأخذه المسلمون على كتب اليهود والنصارى.

“Andai masalah imamah benar-benar telah dicantumkan dalam Al Qur’an, maka orang-orang yang tidak memiliki perhatian terhadap Islam dan Al Qur’an kecuali hanya untuk mewujudkan kepentingan dunia dan ambisi kekuasan, niscaya mereka akan menjadikan Al Qur’an sebagai sarana untuk menjalankan rencana jahat mereka. Sehingga merekapun akan membuang ayat-ayat tersebut dari lembaran-lembaran Al Qur’an, lalu menjatuhkan Al Qur’an untuk selama-lamanya dari mata masyarakat dunia. Dengand demikian mereka akan mendatangkan celaan terhadap umat Islam dan juga Al Qur’an. Dan perbuatan mereka akan melekatkan kepada Al Qur’an celaan yang diarahkan oleh umat Islam kepada kitab-kitab kaum Yahudi dan Nasrani.”([7])      

 

Demikianlah peta pikiran Al Khumainy, ia berusaha meyakinkan pengikutnya bahwa para sahabat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pasti akan menjalankan tindak kejahatan, yaitu dengan menghapus dan menyelewengkan Al Qur’an, bila nama-nama imam mereka atau minimal permasalahan imamah dimuat didalamnya dengan tegas. Akan tetapi karena Allah mengetahui rencana jahat para sahabat tersebut, maka Alllah Ta’ala tidak menyebutkan permasalahan tersebut dengan tegas, agar di kemudian hari tidak dihapuskan oleh para sahabat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam.

 

Untuk semakin meyakinkan pengikutnya, Al Khumainy berwasiat kepada mereka, dan diantara isi wasiatnya adalah sebagai berikut:

وينبغي القول: إن ظلم الطواغيت الذي جرى على وديعتي الرسول الاكرم صلى الله عليه وآله وسلم قد جرى على الأمة الإسلامية، بل على البشرية، والقلم عاجز عن بيانه  …….  لنر الآن ماذا جرى على كتاب الله، هذه الوديعة الإلهية وأمانة رسول الاسلام صلى اللهَ عليه وآله وسلم، إنّ الأمور المؤسفة التي ينبغي أن يبكى لها دما بذات بعد شهادة علي عليه السلام، الانانيون وأتباع الطاغوت اتخذوا من القرآن وسيلة لإقامة الحكومات المعادية للقرآن، وابعدوا – بالذرائع المختلفة والمؤامرات المعدة سلفا – المفسرين الحقيقيين للقرآن والعارفين بالحقائق، الذين تلقوا كل القرآن عن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم

“Perlu saya katakan bahwa kelaliman para thagut yang telah menimpa dua wasiat Rasul termulia shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam, telah menimpa pula umat islam, bahkan seluruh umat manusia. Suatu fenomena yang tak kuasa untuk saya ungkapkan dalam bentuk tulisan….Marilah kita bersama memperhatikan hal yang  telah menimpa Kitabullah (Al Qur’an). Titipan dari Allah dan amanat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam, (telah ditimpa) suatu hal yang memilukan, yang layak untuk kita ratapi dengan tetesan darah, terutama sepeninggal Ali ‘alaihissalaam. Orang-orang yang berwatak egois, pengikut thagut telah menjadikan Al Qur’an sebagai sarana untuk mendirikan pemerintahan yang memerangi Al Qur’an. Merekapun mengasingkan –dengan berbagai alasan dan makar yang telah direncanakan sebelumnya- para pakar tafsir yang sebenarnya dan orang-orang yang mengetahui fakta. Pakar-pakar tafsir tersebut adalah orang-orang yang benar-benar telah menerima Al Qur’an dengan utuh langsung dari Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.” ([8])   

 

Saudaraku! apa pikiran & perasaan anda tatkala membaca teks wasiat Al Khumainy ini? Apa yang anda pahami dari wasiat pemimpin revolusi agama Syi’ah ini? Masihkah ada dari kita yang beranggapan bahwa idiologi tentang penyelewengan Al Qur’an hanya ada pada zaman dahulu saja, dan telah ditinggalkan oleh para pengikut agama Syi’ah yang ada pada zaman sekarang?

 

Bila demikian adanya, maka menurut hemat anda, siapakah sebenarnya agama Syi’ah itu?

 

Saudaraku! Apapun komentar anda dan sikap anda terhadap berbagai penuturan tokoh-tokoh agama Syi’ah, saya harapkan anda masih bisa menahan diri untuk kembali mencermati ucapan Al Khumainy berikut:

لقد أثبتنا في بداية هذا الحديث بأن النبي أحجم عن التطرق إلى الإمامة في القرآن، لخشيته أن يصاب القرآن بالتحريف، أو أن تشتد الخلافات بين المسلمين، فيؤثر ذلك على الإسلام.

“Telah kami buktikan pada awal pembahasan ini, bahwa Nabi menahan diri dari membicarakan masalah al imaamah (kepemimpinan) dalam Al Qur’an;([9])   karena beliau khawatir Al Qur’an akan diselewengkan, atau timbul perselisihan yang sengit di tengah-tengah kaum muslimin, sehingga hal itu berakibat buruk bagi masa depan agama Islam.”([10])    

 

Bila pada ucapan sebelumnya, Al Khumainy berusaha melekatkan tuduhan penyelewengan Al Qur’an kepada para sahabat, maka pada ucapannya ini, Al Khumainy melangkah lebih jauh. Betapa tidak, Al Khumainy menegaskan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dengan sengaja menahan diri dari menyampaikan ayat-ayat yang berkaitan dengan Al Imamah (kepemimpinan). Menurut Al Khumainy, daripada tidak dapat menjaga ayat-ayat tersebut dari ulah orang-orang jahil, maka Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lebih memilih untuk tidak menyampaikannya. Dan sebagai solusinya, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam  hanya mewariskan ayat-ayat itu kepada imam-imam agama Syi’ah.

 

Saudaraku! Menurut anda, mungkinkah Al Khumainy belum pernah membaca janji Allah Ta’ala berikut?

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” Al Hijer 9. Atau mungkinkah, ayat ini termasuk salah satu ayat yang ia yakini telah diselewengkan atau dipalsukan oleh para sahabat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam? Atau bahkan ucapannya ini merupakan refleksi dari idiologi mereka yang menyatakan bahwa Al Qur’an yang yang ada di tengah-tengah umat Islam sejak zaman dahulu kala ini adalah Al Qur’an palsu

 

Abu Bashir meriwayatkan dari Abu Abdillah Ja’far As Shadiq wafat Thn 148, ia berkata:

إن عندنا مصحف فاطمة عليها السلام، وما يدريهم ما مصحف فاطمة عليها السلام؟ قال: قلت: وما مصحف فاطمة عليها السلام؟  قال: مصحف فيه مثل قرآنكم هذا ثلاث مرات، والله ما فيه من قرآنكم  حرف واحد.

Sesungguhnya kami memiliki Mushaf Fatimah ‘alaihas salaam? Apa yang mereka ketahui tentang Mushaf Fatimah ‘alaihassalaam? Abu Bashir berkata: Akupun bertanya: Apa itu Mushaf Fatimah alaihassalaam? Ia menjawab: Mushaf seperti Al Qur’an kalian itu tiga kali lipat (tebalnya), dan sungguh demi Allah, padanya tidaklah terdapat satu hurufpun dari Al Qur’an kalian ini.”  

 

Riwayat ini bisa anda temui dalam kitab Al Kaafi 1/239, karya Al Kulaini, wafat thn 329 H, Al Mukhtashar hal: 114, karya Hasan bin Sulaiman Al Hilli, wafat pada abad ke-9 H, Syarah Ushul Al Kaafi 5/335, karya Maula Muhammad Shaleh Al Mazandaraani wafat thn 1081 H, & Al Anwaar Al Laami’ah Fi Syarah Ziyaratil Jami’ah, hal: 82, karya As Sayyid Abdullah Al Basyir, wafat thn: 1220 H.

 

Anda dapat bayangkan, betapa tebal Al Qur’an yang mereka imani. Ketebalannya tiga kali lipat dari Al Qur’an yang sekarang ada di tengah-tengah umat Islam.  Al Qur’an Fatimah itu tidak memiliki persamaan dengan Al Qur’an yang telah dikenal oleh umat islam sejak 14 abad silam, walau hanya satu huruf.

 

Menurut anda, kira-kira Al Qur’an Fatimah ini menggunakan bahasa apa ya? Seluruh Huruf Abjad Arab telah tercakup dalam Al Qur’an kita, mungkinkah Al Qur’an Fatimah menggunakan huruf Jawa, atau huruf Cina, atau mungkin juga huruf Ibrani?

 

Kalau menurut hemat saya, kemungkinan terakhir itulah yang paling kuat, sebab Mushaf Fatimah ini hanya akan muncul kembali tatkala Imam mahdi versi Syi’ah telah dibangkitkan. Dan kalau itulah Mushaf ini akan diajarkan dan diterapkan oleh imam Mahdi versi Syi’ah kepada umat manusia. Yag mendasari saya berpraduga demikian, ialah berbagai riwayat yang ada pada referensi Syi’ah. Diantara riwayat itu ialah riwayat Al Kulaini dari Sahl bin Ziyad, dari Muhammad bin Sulaiman, dari sebagian sahabatnya, dari Abu Hasan Ali bin Musa Ar Ridha, wafat pada thn 203- ia mengisahkan: “Aku berkata kepada Abu Ja’far:

جعلت فداك، إنا نسمع الآيات في القرآن ليس هي عندناكما نسمعها ولا نحسن أن نقرأها كما بلغنا عنكم، فهل نأثم؟ فقال: : لا، اقرؤوا كما تعلمتم، فسيجيئكم من يعلمكم

Semoga aku menjadi penebusmu, kita mendengar ayat-ayat Al Qur’an yang tidak ada pada Al Qur’an kita ini. Sebagaimana kita juga tidak dapat membacanya sebagaimana yang kami dengar dari anda, maka apakah kami berdosa? Beliau menjawab: Tidak, bacalah sebagaimana yang pernah kalian pelajari, karena suatu saat nanti akan datang orang yang mengajarkannya kepada kalian.”  ([11])

 

Bila murid-murid Abu Ja’far As Shadiq yang tentu lihai berbahasa arab dan membaca Al Qur’an tidak dapat membaca Al Qur’an versi imam-imam mereka, maka ini merupakan bukti bahwa Al Qur’an mereka itu tidak berbahasa arab.

 

Dan yang menguatkan praduga bahwa bahasa “Al Qur’an” versi Syi’ah berbahasa Ibrani, ialah perilaku imam Mahdi mereka semasa memimpin dunia. Imam Mahdi versi Syi’ah, tidak lagi menerapkan syari’at islam, akan tetapi ia menerapkan hukum-hukum keluarga nabi Dawud ‘alaihissalam.

 

Al Imam Al Kulaini meriwayatkan bahwa Abu Abdillah Ja’far As Shadiq  ‘alaihissalaam berkata:

لا تذهب الدنيا حتى يخرج رجل مني يحكم بحكومة آل داود ولا يسألة بينة ويعطي كل نفس حقها

“Tidaklah dunia ini akan sirna hingga datang seorang dari keturunanku yang menegakkan hukum keluarga nabi Dawud. Dalam menegakkan hukum, ia tidak akan meminta sedikitpun bukti dan ia akan memberikan setiap jiwa haknya.” ([12])    

 

Anda pasti mengetahui bahwa nabi Dawud ‘alaihissalam adalah salah seorang nabi Bani Israil, alias nabi bangsa Yahudi. Bila demikian adanya, mungkinkah “imam Mahdi” versi Syi’ah akan menghidupkan ajaran agama Yahudi yang pernah diamalkan oleh Nabi Dawud?

 

Anda merasa aneh? Tidak masuk di akal anda? Tapi inilah fakta ilmiyah yang kita dapatkan dalam referensi agama Syi’ah:

 

Bila demikian adanya, maka otomatis Mushaf Fatimah yang diyakini oleh agama Syi’ah menggunakan bahasa keluarga nabi Dawud, ‘alaihissalam yaitu bahasa Ibrani dan bukan bahasa Arab.

 

[1] ) Taisir Al Karim Ar Rahman 454.

[2] ) Tafsir At Thabary 21/480.

[3] ) Bihaarul Anwar oleh As Sayyid Ni’matullah Al Jazaa’iry 89/55 & At Tafsir As Shaafy 1/41.

[4] ) Contoh halaman dari manuskrip buku ini, dapat anda saksikan pada lampiran buku saya ini.

[5] ) Al Anwaar An Nu’maaniyyah, oleh As Sayyid Ni’matullah Al Jazaa’iry, jilid 2/362.

[6] ) Ulama’ rijal i alah para ulama’ yang berkompeten dalam mengkriti kredibilitas para perawy hadits.

[7] ) Kasyful Asraar oleh Ayatullah Al Khumainy hal. 131.

[8] ) Wasiat Al Khumainy ini dapat anda akses di situs berikut: http://www.abu-hadi.net/vb/showthread.php?t=37817 & http://arabic.irib.ir/Pages/Monasebat/E-khomeini/vasiyat1.htm

[9] ) Subhanallah, Al Khumainy menyatakan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam memiliki kebebasan untuk tidak menyampaikan masalah al Imaamah , seakan-akan ia beranggapan bahwa Al Qur’an adalah hasil karya nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.

[10] ) Kasyful Asraar oleh Al Khumainy 149.

[11] )  Al Kaafi oleh Al Kulaini 2/619.

[12] ) Idem 1/398.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *